Ayo Ikut Lomba Review Buku Fiksi di Bookoopedia!
Suka baca buku Fiksi?
Suka mereview buku?
Ayo ikut Lomba Review Buku yang ada di Bookoopedia!
Cara ikutannya gampang banget, cuma belanja buku apa saja minimal senilai Rp. 20.000 di Bookoopedia Anda sudah berhak ikutan lomba dan mereview buku Fiksi dari penerbit mana saja yang Anda sukai dan dapatkan hadiah Voucher belanja buku total senilai Rp.400.000.
Mau? Tunggu apa lagi..?
Lomba di buka dari tanggal 10-30 Nopember 2008, dan review Anda di tunggu paling lambat sampai tanggal 15 Desember 2008 jam 24:00 WIB. Pengumuman pemenang tanggal 20 Desember 2008, akan di umumkan di Webstore Bookoopedia dan di informasikan ke email semua peserta.
Kami akan memilih 5 pemenang Review Buku yang berhak mendapatkan:
Pemenang Ke-1 : Voucher Senilai Rp. 150.000,-
Pemenang Ke-2 : Voucher Senilai Rp. 100.000,-
Pemenang Ke-3 : Voucher Senilai Rp. 75.000,-
Pemenang Ke-4 : Voucher Senilai Rp. 50.000,-
Pemenang Ke-5 : Voucher Senilai Rp. 25.000,-
Simak Syarat-syarat Lombanya:
Lomba terbuka untuk umumPeserta lomba sudah melakukan belanja buku apa saja minimal senilai Rp. 20.000 di webstore Bookoopedia pada periode dari tanggal 10-30 Nopember 2008.Peserta hanya diperbolehkan mereview 1 buku FIKSI dari penerbit manapun yang ada dalam catalog Webstore Bookoopedia dan di posting di Webstore Bookoopedia dari Menu TULIS RESENSI yang ada di masing-masing buku yang akan di Review dengan mengetik Judul : [4LR]Judul ResensiPeserta menforward Invoice bukti belanjanya ke email sales@bisnis2030.comDengan Subject : Invoice 4LRSertakan link
review buku yang telah Anda Posting di Webstore Bookoopedia di dalam email Anda.Lomba Review tidak dibatasi dalam bentuk dan jumlah katanya.Peserta yang tidak memenuhi syarat-syarat Lomba review ini maka akan dianggap gugur.Daftar buku yang di sediakan sebagai hadiah akan kami informasikan kepada pemenang melalui email.Lomba tertutup untuk seluruh karyawan dan karyawati Webstore Bookoopedia.Keputusan dewan juri tidak dapat di ganggu gugat.
Regards,
Marketing Division
www.bookoopedia.com
email: sales@bisnis2030.com
Blog : www.bookoopedia.multiply.com
YM Helpdesk : bisnis2030@yahoo.com
31 July 2013
30 July 2010
Ornamen Kesunyian
Teriakan Kemenangan dari Buku Ornamen Kesunyian-nya Yoyong Amilin
Sapere Aude!,
Itulah sejatinya yang diteriakkan Yoyong dalam bukunya. Sebuah teriakkan yang mencoba menggertak kehidupan pada kota dimana dia tinggal, atau dunia.
Kosmopolitan Yoyong adalah mencoba menegakan kediriannya, membawa sebaris kekuatan lokal sebagai bekal kearifan bagaimana mensiasati kota itu. Kota yang secara sadar menjadi bahan tulisannya sebagai identitas, mewakili keedanan namun sekaligus menjadi inspirasi baginya. Sebagaimana ia juga memiliki identitas sebagai anak desa.
Yoyong bermanuver dengan lepas, menegakan dirinya secara monumental, setidaknya inilah momentum awal kemenangan sebagai anak desa yang bergelut hidup di kota besar seperti Jakarta. Saya tahu benar bagaimana anak orang Sekayu (sebuah kabupaten di Sumatra Selatan, di bantaran Sungai Musi) ini bermanuver, mencari dukungan untuk mencoba menerbitkan buku tunggalnya dengan susah payah.
Kearifan lokal nyatanya bukan hanya persoalan menetralisir keedanan keadaan kota besar yang menjadi semburat wajahnya tetapi sekaligus membangun kemenangan. Menjadi orang desa di tengah pergaulan masyarakat kota besar bukan hanya mencoba membangkitkan matinya jati diri bangsa ---yang memiliki ajen inajen kebangsaan sebagai orang timur--- tetapi membangkitkan dirinya menjadi manusia unggul.
Sapere Aude!,
Itulah sejatinya yang diteriakkan Yoyong dalam bukunya. Sebuah teriakkan yang mencoba menggertak kehidupan pada kota dimana dia tinggal, atau dunia.
Kosmopolitan Yoyong adalah mencoba menegakan kediriannya, membawa sebaris kekuatan lokal sebagai bekal kearifan bagaimana mensiasati kota itu. Kota yang secara sadar menjadi bahan tulisannya sebagai identitas, mewakili keedanan namun sekaligus menjadi inspirasi baginya. Sebagaimana ia juga memiliki identitas sebagai anak desa.
Yoyong bermanuver dengan lepas, menegakan dirinya secara monumental, setidaknya inilah momentum awal kemenangan sebagai anak desa yang bergelut hidup di kota besar seperti Jakarta. Saya tahu benar bagaimana anak orang Sekayu (sebuah kabupaten di Sumatra Selatan, di bantaran Sungai Musi) ini bermanuver, mencari dukungan untuk mencoba menerbitkan buku tunggalnya dengan susah payah.
Kearifan lokal nyatanya bukan hanya persoalan menetralisir keedanan keadaan kota besar yang menjadi semburat wajahnya tetapi sekaligus membangun kemenangan. Menjadi orang desa di tengah pergaulan masyarakat kota besar bukan hanya mencoba membangkitkan matinya jati diri bangsa ---yang memiliki ajen inajen kebangsaan sebagai orang timur--- tetapi membangkitkan dirinya menjadi manusia unggul.
Subscribe to:
Posts (Atom)
