Pages

Ads

8 May 2008

Telah Terbit Jurnal Perempuan: Seksualitas Lesbian

Jurnal Perempuan Edisi 58
Judul: Seksualitas Lesbian
Tahun Terbit Maret 2008
Tebal 175 halaman Harga Satuan Rp. 19.000
Harga Berlangganan 1 tahun 6 edisi Rp. 130.000 (P. Jawa)/Rp 160.000 (Luar Jawa)

Lesbian, Gerakan Perempuan dan Wacana HAM

Dalam feminisme atau perspektif feminis dikatakan bahwa perempuan adalah the second sex, ia adalah seks yang kedua (atau tidak utama) dari laki-laki dalam masyarakat yang patriarkhis. Dalam “seks kedua ini” masih terlalu banyak perdebatan yang belum terjawab. Apalagi lesbian, yang adalah dipandang sebagai the third sex, ia adalah seks ketiga karena orientasi seksualnya yang berbeda, maka ia menjadi teralienasi atau diasingkan bahkan cenderung teraniaya lebih parah daripada perempuan yang heteroseks atau orientasi seksual lawan jenis yang dianggap normal.

Demikianlah latarbelakang mengapa Jurnal Perempuan edisi lesbian ini penting diterbitkan dan penting juga diketahui oleh masyarakat. Berbagai perspektif akan memberi Anda informasi seputar lesbian, bahkan sampai pada kajian kultur, hukum internasional dan agama. Selamat membaca, semoga tulisan-tulisan kami dapat memberi inspirasi bagi Anda!

Mariana Amiruddin, dari “Prolog” Jurnal Perempuan edisi “Seksualitas Lesbian”

TOPIK EMPU

Etika Lesbian

Etika lesbianisme dapat disimpulkan merupakan etika yang membongkar pengertian umum tentang “apa yang baik” dan “apa yang buruk”. Dengan demikian, etika lesbian berangkat dari semangat untuk resistensi terhadap etika “kewajiban” atau etika yang telah “disepakati secara alamiah”. Etika ini juga bersifat perjuangan dan anti dominasi sama dengan etika feminisme. Namun yang membedakan adalah pijakan yang kuat pada kreatifitas dan pemaknaan hidup yang cair, artinya, hidup tidak dimaknai dengan ketegangan dan pencarian kebenaran “akhirat” akan tetapi dengan “permainan” dan keinginan untuk selalu berkreasi.

Gadis Arivia, Pendiri Yayasan Jurnal Perempuan

Lesbian dalam Penafsiran Agama

Menurut hemat saya, Alkitab tidak melarang relasi cinta kasih dan tanggung jawab di antara pasangan perempuan. Alkitab menentang segala bentuk relasi antar manusia yang menindas dan mengeksploitasi sesamanya, baik dalam relasi lesbian maupun dalam relasi hetero. Begitu kerdilnyakah Tuhan Allah sehingga Dia menghukum manusia hanya karena hidup di dalam relasi cinta kasih sejenis yang saling menghormati dan bertanggung jawab? Lalu siapakah kita manusia yang berani mengklaim lesbian itu dosa sementara Yesus sendiri pun sama sekali tidak pernah mengatakan apapun tentang hal itu?

Pdt. Ester Mariani Ga, Ketua Umum Pusat Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi di Indonesia (PERUATI) 2007-2011

Lesbian dan Hak-Hak Sipil

Terlepas dari perbedaan orientasi seksualnya, lesbian adalah perempuan yang memiliki persoalan yang sama kompleksnya dengan kaum perempuan pada umumnya: hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Namun sebagai kelompok seksual minoritas, lesbian mengalami persoalan yang jauh lebih berat dari kelompok perempuan hetero, terutama adanya hambatan dalam masalah mendapatkan hak-hak sipil dan politiknya

Ratri M, Penulis lepas, salah satu hasil karyanya Lines, Kumpulan Cerita Perempuan di Garis Pinggir (tahun 2000)


Rahasia Sunyi: Gerakan Lesbian Di Indonesia

Perjuangan lesbian sesudah reformasi (2000-2008) jelas merupakan bukti kebangkitan kaum lesbian dari ruang yang ekslusif menuju ruang yang inklusif. Kebangkitan tersebut menjadi sebuah gerakan yang mentransformasi strategi gerakan sesuai dengan kondisi sosial dan politik yang berkembang. Dimana gerakan lesbian menjadi lebih kuat dan melembaga dengan lahirnya organisasi-organisa si lesbian juga dukungan dari kelompok-kelompok yang lain seperti kelompok perempuan dan HAM serta Pluralisme. Gerakan lesbian Indonesia pun telah berkonstribusi cukup besar dalam mendorong pemajuan HAM secara international dengan terlibat di dalam gerakan LGBT international.

RR. Sri Agustine, Ketua Ardhanary Institute, Women LBT Research, Publishes and Advocacy Center

Lesbian dalam Seksulitas Islam

Alasan homofobia yang diklaim berdasarkan teks-teks agama sangat lemah. Pertama, berdasarkan pada ayat-cerita umat Luth, bukan pada ayat-hukum. Pun konteks kisah Luth tidak dibaca secara utuh yang diplototi hanya kutipan “mendatangai laki-laki”. Sementara sebab-sebab lain yang justeru diulang-ulang: kaum Luth yang ingin mengusir Luth, menyamun, berbuat keonaran, hendak melakukan kejahatan terhadap tamu dan ingin mempermalukan Luth—hingga Luth terpaksa menawarkan putri-putri- nya—tidak dijadikan dasar sama sekali. Kedua homofobia berdasarkan pada teks yang tidak memiliki otoritas, yakni: hadis-hadis lemah dan palsu.

Tulisan ini juga banyak mengambil bahan tentang “lesbian” dari Nuzhatul Albâb Ma la Yûjad fil Kitâb karya Syihabuddin Ahmad al-Tifasyi, ulama kelahiran Tunisia 560 H/1184 M. Buku ini terdiri atas 12 bab tentang erotika dan praktik seksual yang tidak mungkin dibahas di buku-buku lain: “seks di luar nikah”, prostitusi, liwâth, mengupah perjaka remaja untuk hasrat seksual, gaya senggama, anal sex, lesbian, dan waria.

Mohamad Guntur Romli, Penulis, bukunya yang telah terbit “Ustadz, Saya Sudah di Surga” (Katakita: 2007)

KLIPING

Roadshow Ke Kampus

Laporan kegiatan Yayasan Jurnal Perempuan tentang diskusi “Seksual Minoritas: Mengapa Perlu Dipahami?” ke tiga universitas: Universitas Indonesia, Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, dan London School

PENGALAMAN LESBIAN

Lesbian: Sebuah Penerimaan Diri

Setelah itu saya berupaya untuk “come out” ke semua anggota keluarga, sahabat, bahkan pimpinan di kantor. Saya merasakan kebutuhan yang besar untuk jujur tentang kondisi saya, karena saya lelah untuk berbohong selama bertahun-tahun dan karena suka atau tidak, apapun yang saya lakukan akan berdampak bagi kehidupan orang-orang di sekeliling saya.

Dengan kesadaran ini akhirnya saya bisa berdamai terhadap berbagai penolakan yang ada terhadap orientasi seksual saya. Saya memahami dan menerimanya dengan baik, tidak menganggapnya sebagai hal yang terlalu mengganggu, akan tetapi proses yang wajar. Wajar jika orang akan bereaksi menolak terhadap sesuatu yang baru. Pada saat yang sama, saya tidak bermimpi semua orang akan menerima homoseksualitas dengan baik, walaupun mereka telah mengetahui keragaman orientasi seksual. Bagi saya itu adalah pilihan bebas, dan ruang privat buat tiap-tiap individu.

Ayu Rai Laksmini, bekerja sebagai “publicist” dan moderator forum Indonesian Lesbian Forum di www.voy.com/ 6346/

Lesbian dan Media Mainstream: Sebuah Pengalaman Pribadi
Menghadapi Media Massa

Menjadi nara sumber lesbian bagi media-media massa yang mengangkat isu lesbian telah memberikan pengalaman yang luar biasa berharga bagi saya. Pada kenyataannya, meskipun mulai ada media, terutama media massa mainstream bergenre lifestyle, yang mengangkat isu lesbian secara proporsional, tidak dapat dipungkiri bahwa lebih banyak lagi media massa yang kerangka berpikirnya terhadap isu lesbian ataupun isu homoseksual pada umumnya masih sangat diskriminatif, mendiskreditkan, memperparah stigma buruk, bahkan mendorong pada pelanggaran hak asasi manusia.
Ini adalah tantangan sekaligus pekerjaan rumah yang mungkin masih harus menjawab pertanyaan-pertanya an basic pemahaman tentang homoseksualitas dalam 10 atau bahkan 20 tahun ke depan. Media massa, bagaimanapun juga merupakan refleksi dari masyarakatnya. Ketika kehidupan masyarakat semakin mengglobal dan metropolis, hal itu bukan serta-merta berarti terjadi perubahan dalam mentalitas dan cara berpikir masyarakatnya.

Ade Kusumaningrum, bekerja sebagai “publicist” film dan aktif di Kalyana Shira Foundation sebagai Ketua Bidang Riset dan Pendidikan.

WAWANCARA

Siti Musdah Mulia: Allah hanya Melihat Taqwa, bukan Orientasi Seksual Manusia
Kamilia Manaf : Lesbian Muda bagian Penting dari Perjuangan Demokrasi

PROFIL
IRSHAD MANJI: Muslimah Lesbian yang Gigih Menyerukan Ijtihad

Seorang muslimah lesbian yang gigih menyerukan ijtihad. Manji melakukan kritik terhadap praktik umat Islam dewasa ini yang berbasis pada kekerasan dan kebencian melalui bukunya yang terjual laris, The Trouble with Islam Today. Oprah Winfrey memberikan penghargaan Chutzpah kepada Manji karena keberanian, dan keteguhannya dalam menyuarakan keyakinan. Majalah Ms menyebut Manji sebagai “Feminis Abad 21”, dan The World Economic Freedom Forum memilihnya sebagai Young Global Leader.

Nong Darol Mahmada, alumnus Pesantren Cipasung Tasikmalaya, salah seorang pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL) dan saat ini bekerja di Freedom Institute

RESENSI

Lesbian dalam Nama Tuhan

Lesbian adalah hubungan cinta kasih antar-perempuan. Lantas, norma apa yang dapat menyetujui relasi cinta jenis ini di Indonesia? Dan, apa jenis Tuhan yang mereka sembah? Homoseksualitas seringkali dianggap hina dan haram, sehingga banyak tokoh agama yang tak segan-segan menghujatnya secara terbuka sebagai mahluk tak ber-tuhan.

Namun, di tahun 2003, Garis Tepi Seorang Lesbian diterbitkan untuk pertama kali beserta gambar penulis yang berjilbab, di belakang buku: Herlinatiens atau Herlina Tien Suhesti, penulis muda dari Ngawi, mengisahkan seorang lesbian bernama Ashmora Paria

Soe Tjen Marching, seorang akademik dan komponis. Bukunya, The Discrepancy between the Public and the Private Selves of Indonesian Women (The Edwin Mellen Press). Komposisinya telah dirilis dalam album Asia Piano Avantgarde, dimainkan oleh pianis dari Jerman, Steffen Schleiermacher.

RAK BUKU

Seksualitas dalam Belenggu Norma
Judul Buku : Hegemoni Hetero-Normativitas
Membongkar Seksualitas Perempuan Yang Terbungkam
Penulis : Saskia E. Wieringa dkk.
Penerbit : Kartini Network
Tahun : 2007
Tebal Hlm : xxxii+398 halaman

Hasil penelitian Kartini Network yang dirangkum dalam buku berjudul “Membongkar Seksualitas Perempuan Yang Terbungkam”, ingin mencoba mengguncang dan membongkar kembali gagasan seksualitas yang sudah terpatri pageuh di masyarakat penganut sistem hetero-normativitas . Penelitian difokuskan pada perempuan yang menjalani peran seksual “non-normatif” ; PSK, lesbian, dan janda di Indonesia dan India. Ketiga kategori ini adalah agen-agen yang terlalu sering mengalami stigmatisasi dari lingkungan social heteronormatif.

Evi Rachmawati, adalam seorang Imam sebuah kelompok kajian: Forum Mahasiswa Ciputat (FORMACI), dan saat ini terlibat di Yayasan Jurnal Perempuan sebagai jurnalis di Radio Jurnal Perempuan (RJP)

CERPEN

Saga
Shantined, penyair dan cerpenis, tinggal dan bekerja di Balikpapan Kalimantan Timur

Untuk melihat cover Jurnal Perempuan Edisi Seksualitas Lesbian silakan buka: www.jurnalperempuan .com

Bagi anda yang tertarik mendapatkan Jurnal Perempuan Edisi 58 melalui toko-toko buku terdekat, atau memesan langsung ke:
Yayasan Jurnal Perempuan
Jl. Tebet Barat VIII No 27 Jakarta Selatan
Telp (021) 8370-2005
fax. (021) 830-2434
email yjp@jurnalperempuan .com
website www.jurnalperempuan .com atau transfer uang ke Rekening a.n. Yayasan Jurnal Perempuan di BRI KCP Tebet No. Rek. 0534-01-001088- 50-7 bukti trasfer dikirimkan ke no fax Yayasan Jurnal Perempuan.

No comments: