Pages

Ads

24 June 2009

Lagu Cinta Para Pendosa Karya Zaim Rofiqi

LAGU CINTA PARA PENDOSA
(Sekumpulan   Puisi)
Zaim Rofiqi

ENDORSEMENT
Bila anda
ingin mengalami alam pikiran modernis, puisi-puisi dalam
buku ini salah satu
representasinya yang terbaik. Kecerdasan, konsentrasi,
kedalaman, penggalian
makna, dan kesatuan imaji terasa sangat kuat di dalamnya.
Sudah sulit menemukan
puisi yang demikian dalam kehiruk-pikukan dunia
pasca-modernis yang menjemukan
seperti sekarang ini.
—Faruk HT, Ilmuwan Sastra

Puitika Zaim Rofiqi dibangun di
atas khasanah citraan ruang, yang terus mengikhtiarkan
keluasan dan  keleluasaan,
sembari pada saat sama menetapkan batas-batasnya sendiri.
Ada tegangan antara
kehendak mengikuti dekorum dan gairah bersajak dengan
bebas, tapi sajak-sajak
terbaiknya adalah yang berhasil mengawinkan dua
kecenderungan yang semestinya
tak saling berjodoh ini. Jika Rofiqi setia kepada kerja
yang menantang ini,
niscaya kita tidak perlu terlalu cemas terhadap masa depan
puisi Indonesia.
—Manneke Budiman, Dosen Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Indonesia

Racikan kata-kata yang tersaji dalam buku puisi Zaim Rofiqi
ini membuat saya cemburu sekaligus kagum padanya. Dalam
puisi-puisinya, Zaim begitu cerdas memilih kata, membangun
suasana, serta menafsirkan pengalaman keseharian dan
bacaannya yang kaya. Puisi-puisinya adalah usaha pemberian
makna pada banyak hal di dunia ini yang sepertinya sia-sia.
—Nong Darol Mahmada, Aktivis Perempuan

 
Dengan senjata
puitik yang wajar dan bersahaja, Zaim Rofiqi melawan vonis
waktu yang merenggut
segalanya. Puisi-puisinya adalah memoar perjalanan
kehilangan yang berkeras
menyelamatkan jejak, gema, dan bayang-bayang.
—Arif Bagus Prasetyo, Penyair

CATATAN PEMBACA
TENTANG TANPA BATAS: SAJAK-SAJAK ZAIM ROFIQI
Oleh Goenawan Mohamad

Puisi selalu bergerak di pinggir
tata simbolik.  Ia berdiam dalam bahasa, ia mengikuti
bahasa, tetapi ia tak
sepenuhnya di sana dan tak betah di sana. Mungkin itu
sebabnya puisi adalah
antitesis bagi kediaman.

 

Kata "kediaman" bisa menyarankan
arti yang sama dengan tak adanya gerak, tapi juga arti yang
sepadan dengan "rumah". 
Sajak-sajak Zaim menyatakan bagaimana ia selalu cenderung
melepaskan diri dari
kediaman itu, meskipun ketertiban yang dikehendaki oleh
bahasa diikutinya: 
puisi-puisi ini tak meletup dengan keganjilan surrealis;
mereka tak menyerah
kepada apa yang bisa disebut "prakarsa permainan beda",
yang tak kunjung selesai
dalam kata-kata. Tapi isi sajak-sajak ini adalah
ketidak-betahan.

Dalam Batas, ia menyebut
sebuah masa lalu yang dibangun oleh "ibu, bapak, masa
kanak, rumah, pelukan,
sawah, belaian tangan halaman, tanah lapang, pekarangan,
pohon ketapang,
kelereng, layang-layang, gambreng, ular-ularan, sekolah,
guru, sejarah, ilmu
nahwu, tatap mata, kisah cinta, remaja, tamasya…". 
Tapi semua itu tak bisa
bertahan. Makin lama, ketika "detik demi detik"
berjalan, terbentuklah batas,
dan aku terpatok. Sang penyair tahu, "ada yang harus
lepas", hingga "menjauh
meluruh mengabur melebur membuyar memudar menghilang". 
Makin lama, terbentuk
keterasingan, bahkan represi:
 
 
==========================================
Pustaka Alvabet
Ciputat Mas Plaza Blok B/AD
Jl. Ir. H. Juanda No. 5A, Ciputat
Jakarta Selatan Indonesia 15411
Telp. +62 21  7494032,
Fax. +62 21 74704875
www.alvabet.co.id

Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat. Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

No comments: